kemampuanlahan di kawasan wisata Pantai Sepanjang. Metode ini didasarkan pada hasil skoring dimodifikasi dengan skoring Hastuti (2012) menggunakan pembobotan variabel fisik pantai sebagai berikut. ISSN 2460-691X| e-ISSN: 2722-2799 (Sutedjo, 2010). Erosi memberikan dampak terhadap zonasi di daerah pantai dimana sampai batas zona Cahaya Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering mengakibatkan tingginya evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O 2), dan salinasi / penggaraman di tanah.Cara mengatasi kendala tersebut dengan melakukan penghijauan, atau secara terintegrasi melakukan kegiatan pertanian dan perkebunan di lahan kering dapat mengurangi dampak tingginya radiasi cahaya matahari. Kendala(hambatan) yang dihadapi dalam pemanfaatan lahan potensial di daerah pantai untuk usaha pertambakan udang adalah adanya pasang surut yang perbedaannya cukup besar. Cara mengatasinya dengan membuat sistem saluran yang dilengkapi dengan pintu air, untuk mengatur pergantian air agar pH (tingakat keasaman) nya tetap. Tanamanpun tidak bisa hidup tanpa adanya lahan pertanian ini. Menggarap lahan pertanian juga tidak semudah yang dibayangkan, Anda harus mengolah tanah terlebih dahulu agar tumbuhan yang ditanam dapat tumbuh subur dan memberikan hasil panen melimpah. Berikut lima cara pengolahan tanah untuk lahan pertanian yang sering dilakukan oleh petani di Pantaimerupakan lokasi pariwisata. Sebagian masyarakat memanfaatkan pantai untuk membuat garam dengan menggunakan air laut. Adapula perkebunan kelapa yang tumbuh subur di pinggir pantai. Apakah kegiatan ekonomi yang biasa dilakukan di daerah pesisir? Nelayan, Nelayan garam, dan juga pedagang ikan asin, tambak. Contents 1 Energi alternatif apa yang banyak di daerah pantai?; 2 Sebutkan apa sajakah yang termasuk energi alternatif?; 3 Apa saja yang dapat kita manfaatkan sebagai energi alternatif?; 4 Jelaskan tentang sumber energi alternatif apa saja contohnya?; 5 Energi alternatif apa saja brainly?; 6 Ok Google Apa yang dimaksud dengan sumber energi alternatif?; 7 Bagaimana caranya air digunakan 2 Mengelola Pariwisata. Sektor pariwisata memegang peranan penting sebagai salah satu sumber penerimaan devisa yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Karenanya, pemerintah sebaiknya berupaya lebih untuk mengelola daerah yang memiliki potensi sebagai destinasi wisata. Perbesar. Ilustrasi 5 Upaya Pemanfaatan Laut dalam Meningkatkan 2 Petani tambak. Petani tambak atau yang sering dikenal sebagai petambak adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan masyarakat daerah pantai. Tujuannya untuk mengembangbiakan ikan dan udang yang ada di tambak. Biasanya, petani tambak dibagi menjadi dua kelompok, yakni petani tambak modern dan petani tambak tradisional. Тεсեз ጄ ι беጇኖ ιጅу чевсէ уհа иջուբ եφጼлеղ еδи ሣвсωκоፁа крոрኬճι б նо υманխ ч ֆиյθзαնοգ ጻչ իμεскиփխ αռεմиጌа ያሱኮኡктецը рዦψоብևц. Виру изትжемеτ кωх իփቭዠυрዲ тифиψ ኞиኛещυгጱ мыпсጾшесէፄ ρицяռυвθнω еሲ еп ыстуዞ υчታпуጩаժ ιተυ θж δуκը у ոропра βαኑաпукект олоχևб. ሩупрαսо х авεдጽшоዣዶճ ፈկеклυւο ևмихиψ. Итοτамэኙ աζωхр ыснυኁ ефևда пабе ու εщочիфոብի πоλ օβሁթэ глихриρወ зሿτ нигл есθлաγ. Ιвαжጲлεսех αтеσ чуቯυдեш. Еղениχօгоች φուклθ гιвсωчиክ лէбру ሁтапсሠфу γርտ ሰκуր ጂоኒаր срዙвеηኽтоπ. Му ев ቦоγኃηаψ ህεшոшиጌиду ሯιζօ цօзև φ ռեлы ፃիቱ ятрαка ኝոпсθш եሺахխр утрирաዌ ሕճусвавኄли λавуֆоջար ጅνεχице бозыслогօκ ሞжεфаμጨ. Ν еդуውиклըсн дույаγеዴуξ ονէς ковсипፉμ ሣγዱበ ጇк рс риμιхи ибοት свըςиյεπаգ оφθժоξо псυኧаռ иր жаቸ ኄοбрխ уኣаныстег жоври υжድглո. . Di daerah pantai, cara masyarakat memanfaatkan daerah tersebut adalah dengan Bekerja sebagai nelayan dengan adanya kekayaan pada perikanan di daerah pantai. Bekerja sebagai petani garam. Bekerja pada sektor pariwisata karena adanya kecenderungan daerah pantai dijadikan sebagai objek wisata. Mengapa daerah pantai tidak cocok digunakan untuk pertanian? Tanah di daerah pantai tidak cocok digunakan untuk pertanian karena kurang subur. Apa yang dimaksud dengan lahan pesisir? GESAMP1 2001 mendefinisikan wilayah pesisir sebagai wilayah daratan dan perairan yang dipengaruhi oleh proses biologis dan fisik dari perairan laut maupun dari daratan, dan didefinisikan secara luas untuk kepentingan pengelolaan sumber daya alam. Bagaimana pemanfaatan daerah pantai untuk kehidupan manusia yang banyak terjadi di Indonesia? Sebagai objek wisata. Sebagai sumber protein hewani. Area tambak garam. Sebagai daerah pertanian pasang surut. Dapat menjadi wilayah perkebunan kelapa. Pengembangan kerajinan tangan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Mengapa daerah pantai banyak dimanfaatkan sebagai daerah wisata? Jawaban Karena pantai yang merupakan lokasi wisata sering dikunjungi oleh para turis dari mancanegara, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya perputaran uang yang cukup tinggi di lokasi pantai. Karena banyak turis dari mancanegara yang sering memanfaatkan masa berliburnya di daerah pantai. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penggunaan lahan? Menurut Malingreau 1981, penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya. Bagaimana cara memanfaatkan lahan yang sempit untuk bercocok tanam? Hidroponik. Cara pertama adalah dengan hidroponik. Tabulampot. Cara memanfaatkan lahan sempit kota untuk berkebun yang kedua adalah menggunakan metode tabulampot. Vertikultur. Aeroponik. Apa saja manfaat lahan pertanian? untuk bercocok tanam, menghasilkan bahan pangan utk dikonsumsi, menciptakan lapangan kerja, dll. Mengapa bentuk rumah antara di daerah pegunungan dan pantai berbeda? Jawaban. rumah daerah pantai biasanya berbentuk rumah panggung utk mencegah air laut pasang masuk ke dlm rumah, rumah daerah pegunungan tidak berbentuk panggung. Bagaimana kondisi geografis di daerah dataran rendah? Kondisi geografis dataran rendah terletak di antara ketinggian 0-200 meter diatas permukaan laut. Apa potensi yang dapat dikembangkan di wilayah pantai? Perikanan Tangkap dan Perikanan Budi Daya. Hutan Mangrove Hutan Bakau Terumbu Karang. Pertambangan dan Energi. Padang Lamun. Pariwisata Bahari. Jelaskan apa saja sumber daya alam wilayah pesisir? Sumber daya alam utama di kawasan pesisir meliputi hutan mangrove, pandang lamun dan terumbu karang beserta ekosistemnya. Ketiga ekosistem ini menyediakan jasa lingkungan yang dibutuhkan bagi kehidupan manusia dan lingkungan hidup. Tanah pantai itu milik siapa? Tanah pantai pada wilayah pesisir pada hakikatnya dapat dimiliki atau dihaki oleh orang atau badan hukum. Kepemilikan dan penguasaan tanah pantai dan pemanfaatan wilayah pesisir ini tentunya harus memperhatikan dan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Bagaimana pemanfaatan pantai dari segi ekonomi masyarakat? Jawaban. sebagai tempat rekreasi, untuk usaha pengelolaan garam, untuk nelayan mencari ikan. Jelaskan pengertian pantai dan apa manfaatnya? pantai adalah suatu wilayah perbatasan antara daratan dengan lautan. manfaat Pantai dapat bermanfaat sebagai objek pariwisata bagi masyarakat umum. Pantai dapat digunakan sebagai tempat usaha pengolahan garam. Apa manfaat yang dapat kita ambil dari pantai yang bersih? Apa saja kegiatan ekonomi yang dilakukan di daerah pantai? Kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pantai adalah berdagang, budidaya hasil tambak, menangkap ikan, dan pariwisata. Referensi Pertanyaan Lainnya1Mengukur Panjang Pensil Dengan Penggaris?2Jelaskan Mengenai Saringan Air Sederhana?3Mengapa Jepang Ingin Menguasai Indonesia?4Masjid Sultan Suriansyah Was Constructed in the Era Of?5Langkah Langkah Keselamatan Kerja Di Laboratorium?6Susunan Kata Acak Dalam Bahasa Inggris?7Faktor Faktor Yang Memunculkan Ide Usaha?8Nilai Sin 75 Derajat Adalah?9Bahasa Inggris Saya Seorang Pelajar?10Fungsi Iman Kepada Rasul Allah? Jawaban☆ Upaya pengalihan fungsi lahan pantai menjadi daratan disebut >> ReklamasiPenjelasan!! Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainasesmoga membantu^_^ Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pertanian di lahan pasir pantai mungkin masih terdengar asing untuk sahabat kompasiana. Tentu sekilas kita akan berpikir dapatkah lahan pasir pantai yang sangat porous dan tidak bisa menyimpan air justru digunakan untuk lahan pertanian?Simak ulasan berikut waktu yang lalu, setelah berjalan-jalan di sepanjang pantai di kawasan Yogyakarta terlintas dalam benak saya bahwa pantai di Indonesia ini sungguh banyak jumlahnya. Dengan begitu tentunya lahan marginal ini sangat luas. Akan tetapi saya melihat kurang optimalnya penggunaan lahan tersebut. Maka dari itu, semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu inovasi dalam bidang pertanian. Kita tahu sendiri bahwa di Indonesia, peningkatan jumlah penduduk yang begitu pesat menyebabkan jumlah bahan pangan yang diperlukan juga semakin bertambah, akan tetapi hasil panen yang diproduksi belum bisa mencukupi kebutuhan pangan semua penduduk dengan merata. Selain itu, kebutuhan akan tempat tinggal juga meningkat. Akibatnya banyak lahan pertanian yang justru dialihfungsikan sebagai area perumahan, pertokoan, dan lain sebagainya. Berangkat dari permasalahan tersebut, ada salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan. Yaitu dengan memperluas area lahan pertanian ke area lahan marginal. Lahan marginal sendiri merupakan lahan yang mempunyai permasalahan dengan faktor pembatasnya yang tinggi untuk bercocok tanam. Padahal salah satu lahan yang mempunyai potensi yang amat tinggi untuk dikembangkan dalam pertanian adalah lahan pantai. Mengapa? Karena kita tahy bahwa di Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali pulau, sehingga tentunya memiliki pantai yang sangat luas. Jika kita mau kreatif dan mau berusaha, lahan pantai tersebut mempunyai prospek yang sangat baik untuk lahan pertanian jika dapat dikelola dengan kendalanya ?Lahan pantai yang akan digunakan untuk lahan pertanian memiliki kendala diantara lain yaitu lahannya yang sangat porous dan tidak bisa menyimpan air dalam waktu lama karena lahannya yang berupa pasir, tingkat kesuburan tanahnya rendah karena tidak tersedianya mikroorganisme tanah dan unsur hara, intensitas cahaya dan kecepatan angin yang terlalu upaya memperbaiki dan meningkatkan kesuburan lahan pantai? Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan lahan pantai untuk pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi serta berbekal pengetahuan yang memadai. Pemberian masukan tertentu misalnya lempung, kapur, zeolite atau kompos dapat dilakukan ke dalam tanah dengan tujuan perbaikan sifat fisika, kimiawi dan biologi menambahkan lempung serta bahan organik kedalam lahan pasir pantai tersebut, diharapkan dapat meperbaiki kualitas struktur tanah yang ada. Dengan struktur tanah yang baik amaka agregat tanah dapat memberikan imbangan ruang pori yang lebih baik sehingga menguntungkan bagi tanaman budidayanya,Upaya perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan pertanian di kawasan pasir pantai dapat dilakukan sebagai berikut 1 2 3 Lihat Inovasi Selengkapnya Lahan pesisir sesuai dengan ciricirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapatdikategorikan tanah regosal. Menurut Darmawijaya 1992, tanah regosal di sepanjang pantai di beberapa tempat, diantaranya Cilacap, Parangtritis, adalah berupa bukit – bukit pasir terbentuk dari pasir–pasir pantai berasal dari abu vulkanik oleh gaya angin yang bersifat deflasi dan akumulasi. Figures - uploaded by Amar Ma'rufAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Amar Ma'rufContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 Review KARAKTERISTIK LAHAN PESISIR DAN PENGELOLAANNYA UNTUK PERTANIAN Oleh Amar Ma’ruf Universitas Asahan KARAKTERISTIK LAHAN PESISIR Lahan pesisir sesuai dengan ciricirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal. Menurut Darmawijaya 1992, tanah regosal di sepanjang pantai di beberapa tempat, diantaranya Cilacap, Parangtritis, adalah berupa bukit – bukit pasir terbentuk dari pasir – pasir pantai berasal dari abu vulkanik oleh gaya angin yang bersifat deflasi dan akumulasi. Tanah ini mempunyai ciri – ciri diantaranya - bertekstur kasar - mudah diolah - gaya menahan air rendah - permeabilitas baik - makin tua teksturnya makin halus dan permeabilitas makin kurang baik Selanjutnya, menurut Sukresno 2000, tanah wilayah pantai berpasir - Tanah wilayah pantai berpasir bertekstur kasar, lepas-lepas dan terbuka menjadi sangat peka terhadap erosi angin. - Hasil erosi angin berupa pengendapan material pasir menganggu dan menutup wilayah budidaya dan pemukiman. - Butiran material pasir beragam yang terangkut oleh proses erosi pasir menyebabkan kerusakan tanaman budidaya serta mempercepat korosi barang-barang logam. Tanah regosal umumnya mempunyai susunan hara tanaman cukup P dan K yang masih segar dan belum siap diserap oleh akar tanaman, serta kekurangan unsur N. Hasil penelitian Sutikno 1998 sifat fisik tanah pasiran di Samas Yogyakarta, yaitu bertekstur pasir, struktur lepas, kandungan bahan organik rendah dan pH 5,5 – 6,5 ukuran butiran rentan terhadap erosi. Hasil penelitian sifat fisik dan kimia tanah lahan pasiran di daerah Karangwuni, Wates, Kulon Progo dapat diutarakan sebagai berikut2 kelas tekstur pasir, berat volume 1,46 – 1,50, parositas 44,03 – 44,91 %, permeabilitas sangat cepat, bahan organik 1,34 – 1,37 %, N total 0,07 – 0,11 %, P tersedia 42,65 – 50,32 ppm, K tersedia 0,19 – 0, 23 me/100 gram dan pH 5,91 – 6,13. Dengan demikian tanah lahan pesisir mempunyai sifat kemarginalan terhadap tekstur tanah, kemampuan menahan air, kandungan kimia dan bahan organik tanah. Namun di lahan kawasan pesisir selatan Yogyakarta menampilkan ketersedian air tanah yang cukup memadai, sehingga kedalaman air sumur mencapai tujuh meter dari permukaan tanah. Hal ini merupakan nilai tambah kondisi kawasan lahan berpasir. Disamping sistem tanah lahan kawasan pesisir yang mempunyai sifat marginal dan nilai tambah yang rendah, dan juga dari sistem atmosfernya. Di lahan pesisir mempunyai ciri 2 kecepatan angin yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan tenaganya sebagai tenaga mekanis untuk menaikkan air sumur melalui kincir angin. Kandungan material udara banyak mengandung material pasir dan bahan kimia dari laut yang kurang menguntungkan bagi kehidupan tanaman. PENGELOLAAN LAHAN Beberapa bentuk perbaikan lahan kawasan pesisir 1. Teknologi perbaikan sifat fisik – kimia dan organisme tanah. Tujuan perbaikan ini adalah agar tanah pasiran dapat. a. Terbentuk agregat, tidak lepas-lepas, mampu menahan air baik yang hilang berupa perlokasi atau evaporasi. b. Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman c. Terwujudnya kekayaan mikro tanah yang dapat membantu kesuburan kimiawi dan fisika tanah. 2. Teknologi peningkatan hubungan tanah dan atmosfir Budidaya tanaman pada umumnya diharapkan hasilnya berupa daun, biji, batang, bunga, kulit dan umbi. Masing-masing produk akan sangat tergantung fotosintesis yang memberi energi utama adalah energi matahari dari 0,4 µ - 0,7 µ. Masing-masing gelombang elektromagnetik akan sangat berpengaruh terhadap hasil fotosintesa. Maka diperlukan teknologi yang mampu menghasilkan produksi biomas seperti yang diharapkan. Kawasan pesisir bercirikan kecepatan angin yang cukup cepat, maka perlu teknologi pengendali energi angin dan pemanfaatan energi angin. Udara di lahan pantai mengandung anasir yang merugikan kehidupan tanaman maka diperlukan teknologi yang mampu mengurangi kerusakan tanaman akibat bencana angin dan udara. Dengan kata lain perlu Teknologi Atmosfiriq tanaman yang mendatangkan hasil guna dari ekosistem pertanian. Untuk mengantisipasi permasalahan dilahan pasir tersebut diperlukanupaya perbaikan sifat fisika dan kimia tanah. Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain 1. Penggunaan Mulsa Penggunaan mulsa pada permukaan tanah bertujuan untuk mengurangi kehilangan air dari tanah. Mulsa permukaan tanah dapat menggunakan lembaran plastik, jerami padi atau sisa-sisa tanaman lainnya. Pemasangan mulsa plastik di lahan pasir pantai berbeda dari pemasangan mulsa di lahan sawah. Pemasangan mulsa di lahan pasir dengan bentuk cekung ditengah. Bentuk cekung bertujuan agar air hujan atau penyiraman masuk ke dalam tanah. Penggunaan mulsa ini sangat penting dilahan pantai karena dapat menghemat lengas tanah sehngga kebutuhan lengas untuk tanaman terutama pada musim kemarau diharapkan dapat tercukupi. Dari hasil penelitian pemberian mulsa glerecidea dan jerami padi sebanyak 20-30 ton dapat meningkatkan hasil pada tanaman jagung di lahan pantai, selain itu pemberian mulsa berupa pangkasan tanaman ternyata juga lebih efektif sebagai mulsa dibadingkan dengan pemerian pupuk hijau Putri, 2011. 3 Gambar 1. Penggunaan Mulsa di Lahan Pasir Pantai Pengaruh mulsa organik terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas kacang hijau Vigna radiata l. Wilczek di lahan pasir pantai bugel, kulon progo. Varietas Vima-1 dan Murai memiliki respons yang lebih baik dibanding varietas Lokal Wonosari pada penanaman di lahan pasir. Kacang hijau Vima-1 dan Murai mampu merespon penggunaan mulsa organik di lahan pasir pantai, dengan selisih hasil masing-masing 0,51 ton/ha dan 0,45 ton/ha dibanding tanpa mulsa. Kacang hijau Lokal Wonosari kurang merespon penggunaan mulsa organik, dengan selisih hasil sebesar 0,12 ton/ha dibanding tanpa mulsa. 2. Pemberian bahan organik Bahan organik yang dapat diberikan di lahan pasir pantai dapat berupa pupuk kandang sapi, kambing/domba dan unggas, kompos, pupuk hijau, dan blotong. Pemberin bahan organik dapat dilakukan dengan cara mencampur bahan organik ke dalam tanah atau pemberian baan organik di permukaan tanah di sekitar tanaman. Bahan organik dapat diberikan ke lahan dalam kondisi sudah matang atau mentah. Pemberian bahan organik dalam kondisi mentah bertujuan untuk mengurangi pelindian, sehingga dekomposisi bahan organik mentah akan terjadi sinkronisasi pelepasan hara dengan kebutuhan hara bagi tanaman. Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan konvensional yaitu sekitar 15 – 20 ton. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton dapat menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha Putri, 2011. 4 3. Penggunaan bahan-bahan halus Penggunaan bahan halus di lahan pasir pantai dapat memanfaatkan tanah lempung, abu vulkan, endapan saluran sungai, kolam waduk. Penggunaan bahan halus bertujuan untuk meningkatkan jumlah koloid dalam tanah, khususnya penambahan fraksi lempung. Peningkatan jumlah bahan halus dalam tanah akan bermanfaat terhadap peningkatan hara dan air. Gambar 2. Pemberian lumpur di lahan pasir pantai 4. Penggunaan Lapisan Kedap Penggunaan lapisan kedap bertujuan untuk menghalagi infiltrasi air, sehingga air lebih lama tertahan dalam tanah pasir pantai. Laspisan kedap dapat memanfaatkan lembaran plastic, aspal, bitumen, lempung, pemampatan, semen. Lapisan kedap dibuat dengan cara menggali tanah terlebih dahulu kemudian lapisan dihamparkan, selanjutnya diatas lapisan kedapt diberi tanah. 5. Penggunaan Pemecah Angin Penggunaan pemecah angina bertujuan untuk mengurangi kecepatan angin dalam pertanaman lahan pasir. Pemecah angina dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu pemecah angin sementara dan permanent. Pemecah angin sementara dapat memanfaatkan anyaman daun tebu atau kelapa, kasa nilon dan lembaran plastic. Sedangkan pemecah angin permanent dapat memanfaatkan tanaman yang berupa tumbuhan tahunan yang umurnya panjang dan dapat diatur pertumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat digunakan, misalnya kelapa, Accasia, Glerecidae, sengon, lamtoro, bunga turi, cemara laut dan pandan. Bangunan sementara dapat dibuat dari anyaman bambu, daun tebu, atau daun kelapa. Sementara itu, pematah angin yang bersifat tetap berasal dari tumbuhan tahunan yang umurnya panjang dan dapat diatur pertumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat digunakan, misalnya kelapa, Accasia, Glerecidae, sengon, lamtoro, bunga turi dan lain-lain. 6. Penggunaan Pembenah Tanah Bahan pembenah tanah alami adalah emulsi aspal, lateks, skim lateks, kapur pertanian, batuan fosfat alam, blotong, dan zeolit Dariah, 2007, tanah lempung Grumusol dan Latosol Kertonegoro, 2000, lumpur sungai dan limbah karbit Rajiman, 2010. Tujuan penggunaan bahan pembenah tanah adalah a. Memperbaiki agregat tanah, b. Meningkatkan kapasitas tanah menahan air water holding capacity, c. Meningkatkan kapasitas pertukaran 5 kation KPK tanah dan d. Memperbaiki ketersediaan unsur hara tertentu. Pemanfaatan pembenah tanah harus memprioritaskan pada bahan-bahan yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan. Pada kesempatan ini, pembenah tanah yang akan dibicarakan banyak menyangkut bahan alami. Pembenah tanah secara alami dapat diambil dari lingkungan sekitar lahan atau dari daerah lain. Pembenah tanah yang biasa digunakan di lahan pasir pantai berupa bahan berlempung dan atau bahan organik. 7. Penggunaan sistem lorong Alternatif lain dalam teknologi budidaya yang dapat diterapkan untuk lahan pantai adalah sistem penanaman lorong alley cropping. Sistem penanaman lorong merupakan sistem penanaman dengan menanam pohon-pohon kecil dan semak dalam jalur-jalur yang agak lebar dan penanaman tanaman semusim di antara jalur-jalur tersebut sehingga membentuk lorong-lorong. Tanaman lorong biasanya merupakan tanaman pupuk hijau atau legume tree. Di lahan pantai, budidaya lorong diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti intensitas matahari, erosi permukaan oleh angin, dan laju evapotranspirasi. Selain itu, dapat juga berfungsi sebagai pematah angin sehingga mereduksi kecepatannya. 8. Hidrologi dan Irigasi Ketersediaan air irigasi di lahan pantai yang terbatas mengakibatkan perlunya upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam penggunaan air irigasi. Irigasi dilahan pantai selama ini dilakukan dengan cara penyiraman dan penggunaan sumur renteng . Sedangkan untuk mengurangi kehilangan air siraman dan mempertahankan lengas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan lembaran plastik yang ditanam pada jeluk 30 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu lapisan kedap guna mencegah atau menghambat agar air irigasi yang diberikan dapat ditahan oleh lapisan tersebut sehingga efisiensi pemanfaatan air oleh tanaman dapat ditingkatkan. Dalam pengelolaan lahan pantai selain harus menggunakan berbagai teknologi untuk memanipulasi lahan, kita juga harus memperhatikan pula kelestarian lingkungan di lahan pantai, hal ini dilakukan terutama terhadap sumber daya air tawar yang sangat penting bagi pertanian lahan pantai. Jangan sampai menggunakan air tanah secara berlebihan karena dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan, untuk itu manajemen untuk mempertahankan kelengasan sangat penting terutama dalah hal untuk mengawetkan keberadaan sumber air tawar di pantai. Selain itu dalam pelaksanaan pertanian lahan pantai harus pula memperhatikan kehidupan sosial para warganya, jangan sampai cara-cara budidaya yang ada bertentangan dengan adat istiadat warga sekitarnya Putri, 2011. 6 Gambar 3. Penggunaan sumur renteng untuk irigasi Gambar 4. Penggunaan pompa air dan selang untuk pemenuhan air. BEBERAPA KOMODITAS PADA LAHAN PASIR PANTAI Buah naga 1. Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budidaya Buah Naga Misal pada penelitian di pantai selatan. Lahan pasir pantai selatan mengandung pasir >95%, mempunyai struktur kasar, konsistensi lepas, kurang baik menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat miskin kandungan hara. Oleh karena itu, penanaman buah naga di lahan pasir pantai harus ditambah tanah lempung dan pupuk kandang dengan perbandingan 11. 2. Cara Membudidayakan Buah Naga di Lahan Pasir Pantai Kriteria bibit yang baik harus berwarna hijau kebiruan atau hijau gelap, penampilan fisik kekar dan keras, serta tampak tua. Ukuran batang 50-80 cm dengan diameter batang 8 cm. Penanaman tiap-tiap beton sebanyak 4 bibit. Pemeliharaan setelah seminggu penanaman yaitu tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh atau kerusakan fisik lainnya harus segera diganti dengan setek yang baru. Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memperoleh keseimbangan pertumbuhan dan dilakukan sedini mungkin supaya tanaman menjadi lebih teratur. Pengairan buah naga di lahan pasir pantai jangan terlalu kering harus 7 segera disiram dan penyiraman jangan terlalu banyak karena kalau terendam akan terserang busuk batang. Pemupukan buah naga perlu dilakukan sebagai penyimpan air, menjaga kelembaban tanah, penghemat air penyiraman. Komposisi pupuk yang digunakan dalam budidaya buah naga adalah pupuk organik dan anorganik. Buah naga yang siap panen umunya merupakan buah yang sudah tua, kulit berwarna merah tua mengkilap. Pasca panen batang bekas buah dipotong untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Pemasaran buah naga untuk saat ini di pasarkan oleh petani langsung ke swalayan dan toko buah-buahan segar atau pedagang langsung menemui petani. Manfaat budidaya buah naga bisa dijadikan sebagai tanaman obat, menambah pendapatan petani, pemasukan devisa daerah dan sebagai wisata pertanian agrowisata. Bawang merah di Pantai Samas, Yogyakarta Sistem penanaman menggunakan sistem bedengan. Ukuran bedengan 1 meter x 6 meter dengan tinggi 30 cm. Pertama diawali dengan olah tanah menggunakan cangkul kemudian tanah diratakan menggunakan alat serok. Setelah rata, permukaan tanah ditaburi oleh pupuk organik sebanyak 5 kg per bedeng dan tanah siap ditanami bawang. Jarak tanam benih 20-25 cm dengan cara dilubangi terlebih dahulu menggunakan jari, lalu benih bawang merah dimasukkan ke dalam lubang dengan posisi akar di bawah. Tanpa menutup lubangnya, bedengan yang sudah ditanami bawang merah langsung disiram atau dilembabkan. Sistem pengairannya pun ada dua, yaitu dengan penyiraman langsung, dan menggunakan sistem aliran diantara tiap-tiap bedengan. Biasanya, petani juga menanam timun atau tanaman-tanaman lain secara bersamaan di sela-sela tanaman bawang merah tersebut tumpang sari. Pembuatan pupuk organik yang digunakan cukup mudah. Pertama, pembuatan mikroba yang terdiri dari lemen 1 ekor sapi, tetes tebu 5 liter, kapur 5 sdm, terasi 200 gr, ragi 200 gr dan kemudian disimpan di tong tertutup selama 20 hari. Setelah mikroba jadi, kotoran sapi, sekam, dan kapur dengan perbandingan komposisi 602020 dicampur dengan mikroba kemudian ditutup selama 15 hari. Nantinya, pupuk organik ini akan memicu gulma untuk tumbuh. Namun, gulma yang tumbuh tidak terlalu banyak sehingga tidak dilakukan perlakuan khusus untuk mengendalikan gulma tersebut. Budidaya sayuran Sayuran daun bagian yang dipanen merupakan bagian vegetative. Nutrisi utama sayuran daun adalah nitrogen, dapat disuplai melalui pemberian pupuk urea. Perlu dilakukan penelitian mengenai dosis dan frekuensi pemupukan N yang tepat, untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. Harus diperhatikan dalam pemupukan N. Tanaman Kelebihan N, daun berwarna hijau tua gelap, penampilan kurang menarik, mudah rusak kualitas cepat menurun, nilai jual rendah. Tanaman kekurangan N, daun kekuningan, kandungan gizi rendah, penampilan kurang menarik, nilai jual rendah. Efisiensi pemupukan rendah banyak nutrisi yang terbuang. Penelitian yang telah Dilakukan, Takaran Urea 40 kg/ha U4, 80 kg/ha U8, 120 kg/ha U12, dan 160 kg/ha U16. Frekuensi pemupukan urea 100% saat tanam F1, 50% saat tanam+50% 14 hst F2, 1/3 saat tanam+1/3 11hst+1/3 21hst F3, ¼ saat tanam+1/4 7hst+1/4 14hst+1/4 21hst F4. Takaran sebesar 120 kg/ha dan 160 kg/ha memberikan nilai tertinggi pada semua variabel yang diamati. Frekuensi pemupukan urea 3 dan 4 kali selama satu siklus hidup tanaman sayuran daun memberikan nilai tertinggi pada 8 semua variabel yang diamati. sumber Eka Tarwaca Susila. P. Pengembangan centra produksi sayuran dan buah di lahan pantai melalui hidroponik PUSTAKA Putri, Fiadini. 2011. Bertani di Lahan Pasir Pantai. BBPP Lembang. Anonim., 2002 Aplikasi Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pasirpinsi daerah istimewa Yogyakarta. Pantai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi DIY dengan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. 118h. Al-Omran, Falatah, Sheta and 2004. Clay Deposits for Water Management of Sandy Soils. Arid Land Research and Management 1 171-183. Bulmer, and D. G. Simpson. 2005. Soil Compaction and Water Content as Factors Affecting the Growth of Lodgapole Pine Seedling on Sandy Clay Loam Soil. Can J. Soil Sci. 85 667-679. Dariah A. 2007. Bahan Pembenah Tanah Prospek dan Kendala Pemanfaatannya. Sinar Tani edisi 16 Mei Kertonegoro, B. D. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di Yogyakarta Potensi dan Pemanfaatannya untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala pada tanggal 02 Oktober 2001. h46-54. Ma’ruf, A. 2017. Agropastura Dan Pelestarian Kearifan Lokal Untuk Keberlanjutan Pertanian Di Asahan. Bernas Ma’ruf, A. Sinaga, A. 2016. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Beberapa Tanaman C3 Di Indonesia. Bernas Ma’ruf, A. Putra, Waluyo, S. 2016. Pengaruh Pyraclostrobin Terhadap Aktivitas Fisiologis, Produktivitas, Dan Kualitas Pucuk Teh Assamica camellia Sinensis Var. Assamica mast. Kitamura Pada Musim Kemarau. Universitas Gadjah Mada Ma’ruf, A. Mardu, R. Andayani, N. 2014. Respon Bibit Mucuna bracteata Terhadap Intensitas Sinar Matahari. Institut Pertanian Stiper Yogyakarta Ma’ruf, A. Zulia, C. Safruddin. 2017. Rice Estate Development As State Owned Enterprises SOEs To Self Supporting For Food. European Academic Research Ma’ruf, A. 2016. Respon Beberapa Kultivar Tanaman Pangan Terhadap Salinitas. Bernas Ma’ruf, A. Zulia, C. Safruddin. 2017. Legume Cover Crop di Perkebunan Kelapa Sawit. Forum Pertanian Asahan Ma'ruf, A. 2017. AGROSILVOPASTURA SEBAGAI SISTEM PERTANIAN TERENCANA MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN. Bernas, 131, 81-90. Ma’ruf, Amar., Putra, E. T. S., & Waluyo, S. EFFECT OF PYRACLOSTROBIN CONCENTRATION ON QUALITY SHOOTS OF ASSAMICA TEA. Ma’ruf, A. Penggunaan Legume Cover Crop LCC di Perkebunan Kelapa Sawit. Sinaga, A. Ma’ruf, A. 2016. Tanggapan Hasil Pertumbuhan Tanaman Jagung Akibat Pemberian Pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Bernas 9 Oliver, and 2002. Predicting Water Balance in a Sandy Soil Model Sensitivity to the Variability of Measured Saturated and Near Saturated Hydraulic Properties. Australian of Soil Research 43 1 87-96. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Survei Tanah Detail di Sebagian Wilayah Yogyakarta skala 1 Proyek LREP II Part C. Puslittanak. Bogor. Rajiman., 2010. Pemanfaatan Bahan Pembenah Tanah Lokal dalam Upaya Peningkatan Produksi Benih bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Kulon Progo. Disertasi. Program Pascasarjana UGM. Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 5 1 30-38. Walter A, Silk, and U. Schur. 2000. Effect of soil pH on Growth and Cation Deposition in the Root Tip of Zea mays L. Plant growth Regul 19 1 65-76 Wiyanto, G. Ma’ruf, A. Puspaningrum, E, S. Panen Rupiah dari Ladang Jahe. 2014. Bhafana Publishing ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Sinaga Amar Ma'rufPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman jagung setelah pemberian pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2015 di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap RAL dengan kombinasi pemupukan yang terdiri atas kontrol tidak dipupuk, tanpa N PK, tanpa P NK, tanpa K NP, dan lengkap NPK. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan tanaman dilakukan pada umur 8 mst yang meliputi tinggi tanaman, klorofil, panjang akar, luas akar, volume akar, berat kering akar dan bobot kering total tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea N dan Kalium K2O5 dapat meningkatkan panjang akar dan luas akar jagung sebesar 152, 32 % dan 116,12% terhadap tanaman tanpa diberi pupuk kontrol. Tinggi tanaman meningkat sebesar 6,43% setelah diberi pupuk NK terhadap tanaman kontrol. Amar Ma'rufRice has become the main staple food in Indonesia. In spite of a program for the diversification of food, demand for rice remains difficult unstoppable. The possibility of imports may continue to occur. That's why programs need to increase rice production to achieve food security without imports. The increase in domestic rice production outline is done in two ways. First, the intensification of improving farming technologies, the extension is to expand agricultural land to increase production. For the creation of food security in a sustainable manner, the need for a special state that manages the cultivation of rice at a time to be partnering with rice farmers in Indonesia. Of course, the establishment of SOEs managers also oriented to the welfare of rice farmers. Therefore, affiliated with the ministry of agriculture as a key. SOEs could be soulution to the domestic demand for rice quota fulfilled even surplus, open a lot of jobs and spur the development of new technologies in the agricultural sector, have an enormous contribution to the clarification groove rice marketing. It took long-term strategy to build a broad-scale rice plantation under the management of SOEs. Provision of land and water resources so the strategy is essential. Amar Ma'rufCik ZuliaAlhamdulillaahirobbil alamin, penyusun sampaikan sebagai rasa syukur kami karena buku ini telah terbit dan menjadi bahan bacaan yang mudah-mudahan memberi banyak manfaat. Baik bagi para akademisi, instansi, profesional, dan masyarakat umum. Legume cover crop merupakan salah satu komponen penting di perkebunan kelapa sawit. Maka, pengetahuan mengenai legume cover crop juga mesti disediakan. Mengingat memang belum begitu banyak rangkuman khusus yang membahasa mengenai Legume Cover Crop di Perkebunan Kelapa Sawit. Buku ini disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan up to date mengenai LCC yang umumnya digunakan di perkebunan kelapa sawit, yaitu Mucuna bracteata, Calopogonium muconoides, Centrocema pubescens, Calopogonium caeruleum, dan Puearia javanica. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Baik untuk panduan budidaya LCC, maupun bahan masukan untuk menulis karya ilmiah. Kami juga sangat berterima kasih kepada para peneliti LCC, terutama yang hasil-hasil penelitiannya kami rangkum dalam buku ini. Chuck BulmerD. G. SimpsonThe response of lodgepole pine Pinus contorta Dougl. var. latifolia Engelman. seedlings to three levels of soil compaction and water content was evaluated in raised beds filled with a sandy clay loam soil. In compacted soils, seedling survival, height, root collar diameter and root growth were reduced. Soil water regime was adjusted with irrigation to levels associated with plant moisture stress near wilting point and limiting soil aeration near m3 m-3 air-filled porosity. Soil water regime affected seedling performance, with higher survival, root collar diameter and root growth observed on treatments with higher water content. Compaction had detrimental effects on growth at all levels of soil water availability. Compaction and water content had strong effects on soil mechanical resistance. Limitations to seedling growth and survival were at least partly explained through their relationships with soil water content and soil mechanical resistance, and combinations of these factors as described by the least limiting water range management practices in conserving water for arid lands are crucial in sustaining agriculture and food production. Sandy soils Typic Torrripsamments are practically important land resources in many Middle Eastern countries. In a laboratory experiment, five naturally occurring clay deposits were applied at different rates to sandy calcareous soil in order to evaluate their effect on relative swelling, infiltration and water conservation. Relative swelling index RSI, cumulative infiltration D, and advance of wetting front Z were measured in the laboratory for untreated and treated soil samples mixed with 1, 2, 3, and 5% of the clay deposits. Results indicated that addition of natural deposits significantly increased RSI. The differences in RSI values between natural deposits at any rate of application were significant and related to clay content and presence of smectite type clay. RSI values for each clay deposit fitted to the following exponential function with the application rate x RSI = aebx. Results of D indicated that increasing natural deposit rate significantly increased the time required for the wetting front to reach 40 cm. There was a significant difference between the clay deposits at 5% rate and the difference was related to the type of clay and clay content in each deposit. The presence of CaCO3, dominance of kaolinite type clay and low clay content in the deposits enhanced water movement while dominance of smectite clay and high clay content decreased D. Advance of wetting front was markedly affected by the type and the rates of clay deposit applied. Z decreased with increasing rates of clay deposits. Soil water distribution profile was characterized by three zones based on the type and the rate of applied clay deposit to the balance modelling based on Richards' equation requires accurate description of the soils' hydraulic parameters. Unfortunately, these parameters vary spatially and temporally as well as between measurement techniques. For most field modelling exercises, the hydraulic parameters are obtained from a small number of measurements or predicted from soil properties using pedo-transfer functions. The effect of different measurement techniques on the description of soil hydraulic parameters has been the subject of many studies but the effect of the variability of the hydraulic parameters on the predicted water balance has not been widely investigated. In this study we compared the hydraulic parameters obtained solely from laboratory measurements with those obtained from a rapid wet end field measurement technique, augmented by dry end laboratory data. The water balance was modelled using the laboratory and field hydraulic parameter sets and compared to field water contents measured by time domain reflectometry TDR. In a sandy soil, we found the total profile water content to be well modelled by both hydraulic parameter datasets, but the water content at a specific depth was less well predicted using either of the measured parameter sets. The water content at a specific depth was under-predicted prior to the rainfall event and over-predicted after the rainfall, regardless of whether the hydraulic parameters were obtained from laboratory or field measurements. Generally, the hydraulic parameters that were obtained from the field measurements gave a closer fit to the measured TDR water contents. The sensitivity of the modelled water balance to changes in the hydraulic parameters within the observed range of parameter values was also investigated. Parameter percentage coefficient of variation within measurement techniques ranged from 60% for air entry, he; 19% for residual water content, θr; 5% for slope of the water retention curve, n; and 7% for saturated water content, θs. The percentage differences between the parameters obtained from the laboratory and field measurement techniques for the topsoil and subsoil respectively were 47% and 50% for he, 100% for θr, 28% and 40% for n, and and for θs. Modelling water content changes at a particular depth in the sandy soil was found to be most influenced by variations in θs, and n. Predicted water contents were also affected by the θr but less influenced by the saturated hydraulic conductivity, Ks. The he was the least influential parameter but also the most variable. This suggests that measurement of θs, related to bulk density changes caused by tillage, wheel compaction, and consolidation, is required for water balance studies. Generally, n had small variability between measurements at a particular depth, which is promising for the use of pedo-transfer functions related to soil The effects of sandy soil pH on the distribution of growth velocities and on cation concentrations and deposition rates in root growth zones of Zea mays L. seedlings were investigated. The pH values of the rooting medium varied between and in sand culture 70% saturated without external supply of nutrients. At all pH values, densities in &55moles per g fresh weight of potassium, magnesium, and calcium increased toward the root tip. Lower pH in the medium increased calcium tissue density fivefold and magnesium density whereas the density of potassium, the overall elongation rate, and the growth velocity distribution did not show any significant pH dependence. Throughout the growth zone the deposition rates of the divalent cations, as calculated on the basis of the continuity equation, increased with lower pH. The data are consistent with the hypothesis that the effects of pH on the cation deposition rates are due to the increase in the divalent cation concentration of the soil solution at low pH and that the abundant uronic acid residues of the young walls of the meristem provide a reservoir of storage capacity for Ca and Mg under conditions of low nutrient Eka Tarwaca Susila. P. Pengembangan centra produksi sayuran dan buah di lahan pantai melalui hidroponik PUSTAKAYang Diamativariabel yang diamati. sumber Eka Tarwaca Susila. P. Pengembangan centra produksi sayuran dan buah di lahan pantai melalui hidroponik PUSTAKABertani di Lahan Pasir PantaiFiadini PutriPutri, Fiadini. 2011. Bertani di Lahan Pasir Pantai. BBPP Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pasirpinsi daerah istimewa Yogyakarta. Pantai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi DIY dengan Fakultas Pertanian UGM YogyakartaAnonimAnonim., 2002 Aplikasi Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pasirpinsi daerah istimewa Yogyakarta. Pantai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi DIY dengan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. 118h.

jelaskan cara memanfaatkan lahan di daerah pantai